Friday, April 18, 2008

Review: The Diving-bell & The Butterfly


Gw memang berencana untuk menonton film ini karena melihat sinopsis ceritaya yang bagus, dan gw sangat beruntung karena mas Cipto ngundang gw lagi untuk ikutan nonton bareng Mu-phi di Blitz kemaren (Thx alott….) dan so pasti sesuai janji gw, bakal nulis review 2000 karakter…hahaha sanggup koq..asal tahan sama cerita gw yang ngalor ngidul

Karya : Julian Schnabel (2007)
Pemain : Mathieu Amalric, Emmanuelle Seigner, Anne Consigny,
Marina Hands, Emma de Caunes, Jean-Pierre Cassel.
Awards: 27 prix internationaux (dont Golden Globe du Meilleur Film Etranger et César du Meilleur Acteur), 27 nominations dont 4 aux Oscars
Filmography Julian Schnabel :
Basquiat (1996) Before Night Falls (2000) The Diving Bell and the Butterfly (2007)

Sinopsis Film:

Pada tanggal 8 Desember 1995, Jean-Dominique Bauby atau yang akrab dipanggil Jean-Do terserang stroke mendadak yang membuatnya koma. Padahal Jean-Do termasuk orang yang sangat sehat, berukuran tubuh sedang dan jarang sakit-membuat para dokter cukup bingung dengan keadaannya. Ketika ia sudah sadar, semua fungsi tubuhnya rusak, dari kepala hingga ujung kaki.Jean-Do terserang penyakit yang dikenal di dunia medis sebagai “locked-in syndrome”, ia tidak lagi dapat bergerak, berbicara, bahkan bernapas tanpa bantuan medis. Satu-satunya bagian yang masih berfungsi dari tubuh lumpuhnya hanyalah mata kirinya. Mata ini menjadi penghubungnya dengan dunia, dengan orang lain, dan dengan kehidupannya.

SPOILER ALERT!!!

My Review:

Awal film dibuka dengan lagu ”Beyond the sea” dalam versi bahasa perancis (ehmm..CMIIW, bener kan ya judule Beyond the sea?..gw ama temen gw, Silvi sempet berantem soal judul lagunya karena mnurutnya judulnya Sailing,..heheh) dan agak manyun juga melihat text-ya double yaitu bhs indo dan bhs inggris, karena otomatis mata gw akan membaca kedua bahasa tersebut ;p

Adegan dibuka “agak ajaib” yaitu pemandangan buram dan kadang tertutup—dan langsung kita sadari—itu merupakan sudut pandang si pasien—yang masih dalam keadaan setengah sadar dan linglung. Sempat agak lelah juga karena adegan ini cukup lama tapi ternyata sang sutradara pintar dengan memadukan antara pandangan mata si pasien alias Jean-Do dengan pandangan mata biasa.

Film “mengalir” dengan indah--memperlihatkan bagaimana keadaan Jean-Do dalam usahanya menerima kenyataan bahwa dia bukanlah lelaki normal lagi, yang sukses sebagai editor terkenal majalah Elle, yang memiliki 3 anak manis dan pacar yang cantik. Wlopun kondisi seperti “zombie” tetapi Jean-Do tetap mensyukuri dirinya masih bisa mengingat memori dan berimajinasi (entah itu imajinasi untuk sembuh, imajinasi tenggelam di lautan dengan menggunakan pakaian selam kuno—sampai imajinasi “liar” bercinta dengan sang pacar di tepi pantai) membuat kita sempat tertawa tetapi tetap dalam perasaan haru.

Adegan diakhiri dengan kilas balik saat Jean-Do masih sehat wal’afiat dan hendak bersenang2x dengan anaknya dan mendadak serangan stroke pun mulai menyerang

Oh..gosh..ini film Two thumbs up!!!..Gw sempat berkaca-kaca melihat penderitaan Jean-Do dan bagaimana dia dengan gigihnya membuat buku memoir (yg tentunya dipersembahkan untuk anak-anak tercinta) hanya dengan kedipan mata dan bantuaan translater.

Ada 3 bagian yang w inget dari film itu

- Locked-in Syndrome --- saat dokter memberitahu keadaan buruk Jean-Do

- A batalyon of cripples --- tempat rumah sakit Jean-Do dirawat yang penuh dengan orang-orang lumpuh

- My imagination my memories --- bagian berharga dari Jean-Do yang masih berfungsi sangat normal

So, in my opinion,..film ini 5 of 5..two thumbs up..(jadi kepengen nyari butleg-nya nih..hehehhe)

Ada momen lucu saat nonton bareng ini. Film berakhir menampilkan title score dan untuk beberapa menit-penonton masuh diam terpaku di kursi masing-masing. Mungkin masih terpana (seperti gw) karena memang masih menginginkan sesuatu muncul dari layar film...

Well,..tapi ya sudah selesai dan gw sangat—sangat berkesan dengan film ini..(secara personal, film ini ”menyindir” gw karena Jean-Do yang lumpuh masih mampu menghasilkan sebuah buku—sedangkan gw yang harus membuat motivation letter sebanyak 2 lembar membutuhkan waktu yang lama...;p)

No comments: